Setiap Skripsi memiliki Drama
Membuat rencana dalam hidup? Kamu pernah bukan, aku
yakin kamu mungkin sempat merasakan rencana tak berjalan dengan sesuai.
Lalu apa tindakanmu? Berhenti sejenak kemudian mengikuti arus, memotong arus
atau kekeh pada rencana? Entah kurasa itu pilihanmu, selamat kamu sudah
melewatinya meskipun kamu sempat merasa bingung karenanya.
Aku menghela nafas kali
ini, lagi dan lagi apa yang sudah diatur tidak berjalan dengan baik. Kamu tahu
kenapa aku ucapkan selamat bagi kamu yang sudah bisa melewatinya? Bersyukurlah
kamu punya kesempatan untuk menggunakan kemampuanmu dalam mengambil keputusan
dengan cepat diluar berjalan dengan baik atau tidak, aku harap kita bisa sama
sama belajar dari itu.
Lagi dan
lagi, pernahkah kamu merasa membenci dan menyalahkan hal yang membuatmu harus
mengubah rencanmu? Sekali lagi aku menghela nafas mencoba menenangkan karena
otak tetap perlu asupan oksigen untuk tetap berpikir dan sebisa mungkin dapat
mengambil keputusan dengan bijak. Sering mendengar hidup adalah pilihan? Sadar
atau tidak kemampuan kita diasah untuk mengambil keputusan setiap harinya dimulai
ketika membuka mata kamu harus memutuskan untuk bangun lalu mandi atau
melanjutkan mimpi dalam tidur memutuskan untuk makan pukul berapa pagi ini bahkan
memutuskan akankah tetap berusaha
semaksimal mungkin meski kamu berulang kali dikecewakan atau berhenti untuk
melangkah. Bersyukur kata orang semakin banyak kecewa akan membuat kita semakin
kebal karena kemampuanmu untuk bertahan tentu sudah berulangkali di latih. Akan
semakin terbiasa meskipun orang lain mengalami hal yang sama bisa jadi hatimu
lebih tegar darinya atau instingmu dalam mencari pemecahan akan lebih cepat
muncul sehingga solusi akan cepat ditentukan dan segeara diambil tindakan.
Sekali lagi selamat kamu bisa maju satu tahap lagi.
Pertanyaannya kini, bagaimana jika perasaan ingin menyerah muncul? Menangis mungkin menjadi hal yang hal yang
wajar, maka jika kamu tidak kecewa dan memikirkan hal yang harus kamu korbankan,
itu baru namanya aneh. Bagaimana mengatasinya? Entah bagiku solusi untuk kita mungkin
akan berbeda. Aku menulis ini bukan untuk menjadi motivator atau pemberi
tips and trick bagaimana mengatasi hal itu. Bagiku ketika kamu memutuskan
membaca tulisanku berarti kamu sedang mencoba masuk dan mengikuti cerita dari
apa yang aku alami, hal tersebut mungkin akan membuatku merasa lebih tenang
karena tidak sendiri. Ya,barangkali hal yang membuatmu merasa menyerah adalah
karena merasa kita paling mengalami banyak masalah, mengukur keberhasilan
kebahagiaan kita dari bagaimana cara orang lain tersenyum. Mungkin kita melupakan
bila banyak orang yang senang menjadi bahagia untuk orang lain atau sekedar
terlihat bahagia. Oke, untukmu sekarang normal jika muncul perasaan lelah, tak
mengapa, asal tak pernah tumbuh niat kuat untuk menyerah, kamu masih berhasil
sejauh ini.
Itulah yang aku rasakan kala itu, saat
dimana aku merasakan rasa lelah yang begitu lelah, ingin menangis tapi rasanya
airmata sudah kering, kadang aku berpikir mungkinkah aku tak punya perasaan
atau produksi airma sedang terganggu, aku terluka kecewa tapi tak menangis.
Luar biasa, rasanya lebih menyakitkan karena aku merasakan sesak di dada. Jika
kamu merasakan hal yang sama, mungkin kamu perlu mengingat kata salah satu
dosenku, justru luka yang benar benar melukai membuat yang terluka sampai tak
bisa menangis lagi. Aku berupaya untuk mencari jalan. Banyak hal yang aku lakukan untuk keluar dari
keadaan tidak nyaman ini. Dampak yang aku rasakan begitu luar biasa. Perubahan-perubahan
yang terjadi dimulai ketika emosiku begitu labil, dimana pada detik ini aku bahagia,
detik berikutnya aku diam dan bersedih, iya mungkin itu penggambaran yang menurutku
paling tepat mewakili keadaanku saat itu, Aku menghilang jauh dari
teman-temanku bahkan mereka yang tadinya sangat dekat. Hari-hari kuhabiskan di
kamar sekedar makan pun aku bahkan memilih menggunakan aplikasi online dalam
memesan makanan padahal jarak dengan banyak penjual makanan begitu dekat,
keluar gang saja sudah kutemukan banyak penjual belum lagi aku juga memiliki
motor tentu itu sangat memudahkan namun, seperti itulah keadaanku bagiku
bertemu dengan orang lain sangat aku hindari. Aku bisa berbaring seharian di
kos tidak mandi tentu, sampai aku menahan untuk buang air kecil karena begitu
rumitnya keadaanku. Aku tidak memahami sebenarnya apa yang terjadi padaku, satu
satunya hal yang akan membuatku keluar dari kamar ialah ketika aku berpartisipasi
pada sebuah kegiatan kerelawanan, hal tersebut membuatku sedikit lebih tenang.
Keyakinanku mengarah pada hal yang aku alami ini bukanlah disebabkan oleh satu faktor.
Begitu rumit, entahlah butuh waktu lebih dari satu bulan untukku memahami semua
ini. Mungkin kamu berpikir aku tidak bertindak, kamu salah. Tahukah cara yang
pernah aku coba?
Dimulai dengan melakukan pencarian
terhadap beberapa artikel yang mungkin membantu, menonton video motivasi, berolahraga,
menonton film, ya. Nyatanya semua itu hanya membuatku terhibur sejenak tapi
tidak membuat keadaanku kembali normal. Aku juga sudah mencoba mengingat-ngingat
bagaimana perjuangan orangtuaku, tapi entah hal yang biasanya sangat memberikan
kontribusi untuk semangatku kali ini tetap tidak memberikan dampak signifikan. Mengingat
apa yang sudah aku perjuangkan sejauh ini atau sekedar menenangkan hati dengan
sebuah jurus. Aku punya jurus yang sengaja kugunakan saat merasa begitu kecewa, ini aku kugunakan dari
SMP . “Tidak apa apa mendapatkan SMA yang gak diinginkan, nanti dapat kampus
yang di pengen” tidak terwujud, aku mencobanya lagi “Tidak apa apa mendapatkan
Kampus yang gak dipengen, kamu nanti skripsinya lancar” kecewa lagi. Mungkin
inilah hal yang membuatku berpikir bahwa cara ini tak lagi dapat aku gunakan
karena ada faktor kecewa “karena harapan yang dulu” gagal justru penyemangatnya
dengan membuat harapan yang seolah wajib terjadi” ini tuntutanku sendiri dengan
selalu menenangkan hatiku melalui pengharapan yang akhirnya melukai semakin
dalam, mungkin ini kurang berhasil bagiku barangkali berhasil dengan kamu. Tapi
stop buat nyalahin diri kita sendiri,meski gak gampang berorientasi pada pencarian
solusi lebih baik daripada berhenti pada kegagalan. Lalu bagaimanakah
selanjutnya yang aku lakukan?
Aku mencoba mengenali apa hal yang
sebenarnya menjadi akar masalahku dan apa yang paling aku butuhkan, karena
pada dasarnya akulah yang paling tahu keadaanku. Akan percuma saat aku
mengeluh, menangis, mencurahkan pada orang lain tanpa adanya kemauan dari
diriku sendiri, namun, saat aku temukan akar dari keadaanku sekarang dari
sekian banyak faktor yang jadi penyebab yang menurutku jika ini terjadi, aku
yakin akan sangat mengubah keadaanku. Solusi itu sangat tak mungkin terwujud,
memang hanya “permintaan maaf” sesimple itu, namun masalahnya permintaan maaf
itu tak mungkin aku dapatkan. Hal yang
aku syukuri adalah ketika aku menemukan solusi itu akhirnya aku bisa menangis
meskipun penyelesaian yang aku harapkan belum terwujud. Jika permintaan maaf
tidak aku dapatkan, lalu apa yang harus menggantikan? Aku mendapatkan jawaban dari
sebuah pertanyaan “kemana saja kamu” kata kata itu merupakan sebuah kepedulian
yang aku terjemahkan menjadi permintaan maaf, dan dari kata sesimple itu aku
bisa memulai semuanya lagi hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan hambatan
yang aku alami. Ya benar mungkin kata itu simple bagi orang lain, namun sangat
mengubahku. Aku yang sudah takt ahu lagi harus melakukan apa, saat aku mencoba
menghibur diriku dengan selalu menampilkan hal Bahagia, liburan justru hal itu
menjadi boomerang yang mana aku yang sedang mencoba bangkit dijatuhkan dengan “liburan
aja skripsi tuh kerjain”. Wow, itulah kata yang kadang kita pikir simple atau
sekedar basa basi sangat berpengaruh pada psikologis seseorang.
Tahukah kamu tentang apakah yang aku
ceritakan dari tadi? Skripsiku, kitab keempat yang seharusnya segera terbit
namun terhambat diluar batas jadwal yang
aku rencanakan. Aku bahkan mengorbankan libur tahun baruku untuk mengerjakan
semuanya. Aku begitu bersemangat sejak awal dengan sekian target yang harus aku
capai, hambatan turun lapangan yang tertunda selama 3 bulan meski sudah mendapat
acc, data mentahan uji yang hilang, kehilangan data laporan praktikum tiga padahal
sudah harus segera mendaftar sidang sehingga mengerjakan ulang semua dalam
waktu 3 hari, dan tekanan luar biasa dalam praktikum tiga yang sangat berdampak
pada semangatku, belum drama lain yang kurasa tidak perlu aku sebutkan. Akhirnya
aku mendapat acc untuk siding skripsi, aku sangat bersyukur kala itu, namun
drama tersebut belum berakhir. Batas waktu pendaftaran terakhir untuk sidang
semester delapan adalah minggu tersebut ketika aku mendapatkan acc. Aku
harusnya bisa mendaftar untuk melaksanakan sidang, namun karena lain hal aku harus
menunda sidangku dan kemungkinan harus mengontrak semester sembilan hanya untuk
melaksanakan sidang. Kecewa? Tentu, aku sangat kecewa, bahkan aku yang tadinya
sudah mulai semangat kembali rapuh. Aku menangis sejadi-jadinya, mungkin semester
sembilan bukan hal yang masalah, tapi yang namanya hati sangat kecewa kembali
mengingat “aku sudah mengorbankan liburku, aku sudah mengalami banyak hal buruk
tapi kenapa drama ini muncul lagi disaat yang tidak tepat, pada puncak
pendidikanku”, pertanggungjawaban ke orangtuaku, bagaimana aku harus mengatakan,
aku akan sangat kesulitan mendapatkan tanda tangan dosen wali dengan
kesibukannya nanti. Semester sembilan bukan hanya permasalahan membayar,
mengontrak mata kuliah lagi, kesulitan mencari tanda tangan dosen wali. Lebih
dari itu, akan banyak hal yang harus aku korbankan jika aku harus mengontrak
lagi, ketenangan di hatiku juga terganggu, bagaimana aku harus membangun
keyakinanku lagi? Ya disaat yang sama aku pergi Kepala prodi memintaku datang
kembali keesokan harinya karena mungkin akan ada kesempatan sehingga aku bisa
melaksanakan sidang minggu itu, namun karena itu sangat tidak mungkin aku
memutuskan memilih mengabdi untuk menenagkan hati, mengikuti kegiatan relawan
menjadi keputusanku, aku harap hal itu akan membuatku lebih tenang. Sedang waktu
terus berjalan semester delapan telah ditutup.
Pengharapanku pada Allah tak berhenti sampai
disitu, aku selalu berdoa jika memang aku harus melaksanakan sidang di semester
sembilan aku berharap agar hatiku dikuatkan, keadaanku tetap baik dan tak lagi
seperti kemarin. Selesai kegiatan aku pulang dan tertidur dalam harap, hingga tepatnya
pada hari Senin pagi aku tiba-tiba terbangun, entah aku jarang bangun pada jam tersebut
jika tidak ada kegiatan. Ketika membuka HP aku terkejut pada pengumuman bahwa akan
ada sidang yang dibuka hanya dua hari. Ya Allah, disaat aku mencoba berpasrah,
ALLAH menunjukkan kekuasaannNYA, aku masih memiliki kesempatan, segera aku
bangun dan menyiapkan segala berkas yang diperlukan. Kecerobohanku, mungkin
wajar namun sangat membuatku kalang kabut karena aku harus mengurus nilaiku
bimbingan yang belum aku dapatkan dari dosenku karena sedang Dinas Luar,
untunglah Kaprodi membantuku dan aku mengurus keperluan pembayaran (ini
kesalahanku, karena aku takut akan sangat terluka lagi jika tetap ke kampus,
maka minggu disaat aku tidak bisa sidang aku memilih tidak mengurus berkas-berkas
dan malah pergi untuk kegiatan lain yang aku pikir untuk mengobati hatiku), tapi
baiklah setidaknya aku bertanggungjawab pada pilihanku. Aku menyelesaikan
banyak hal, namun aku belum sempat untuk mencetak skripsiku sejumlah empat
jilid untuk keperluan sidang karena harus diserahkan saat mendaftar. Tentu aku
tidak memiliki waktu untuk itu, untunglah ada saah satu temanku yang membantuku
untuk mencetaknya dikosku sedang aku mengurus berkas-berkas, meski printerku
sempat mengalami masalah ada temanku yang membantuku dengan meminjamkan print
nya karena memang kurang lebih 1000 lembar yang harus aku print, belum dengan
yang akan aku bawa. Alhamdulillah pada pukul 16.00 sore aku dapat menyelesaikan
segala berkas pendaftaran meskipun
seharian tidak makan, padahal beberapa hari sebelumnya aku harus ke dokter
malam malam mencari Rumah sakit atau klinik yang buka 24 jam karena memang
maagku kambuh pada pukul 23.30 WIB hehe.
Setelah menyiapkan segala yang diperlukan
akhirnya tiba tanggal 18 Juli 2019 aku harus menjalankan sidang. Drama belum
berhenti sampai disitu, aku datang satu jam sebelum sidang dilaksanaan karena
aku harus melaksanakan sidang pukul 13.00 WIB, aku baru bisa hadir setelah
melaksanakan shalat dzuhur, tanpa memberitahukan pada teman-temanku, hanya
sekitar 3-4 orang yang tahu bahwa aku sidang pada hari itu, namun diluar dugaan
ada beberapa temanku yang juga hadir dan membantuku. Laptoku membutuhkan HDMI
dan belum disediakan padahal aku sudah mengonfirmasi bahwa laptopku membutuhkan
HDMI, apakah saya harus menyiapkan, mungkin ada missed disini yang mana
ternyata aku harus menyiapkan sendiri meskipun petugas sudah menyatakan semua
sudah disiapkan dan hanya tinggal menggunakan, kesalahanku juga karena aku
tidak pernah datang pada sidang orang lain dan bertanya kepada yang sudah
melaksanakan sidang. Saat meminjam ke pembelajaran, ruangan tutup karena jam
istirahat, tentu sudah bisa dibayangkan bagaimana kondisiku saat itu. Temanku
melihat sebuah etalase pada ruangan Kaprodi dan meminjamnya, untunglah
diperbolehkan karena kami memohon. Drama baru datang lagi, notulenku belum
hadir padahal dosen penguji, ketua sidang dan kedua pembimbingku sudah hadir. Aku
hampir menangis bahkan sebelum sidang dimulai, ternyata notulenku akhirnya
diganti karena lain hal tanpa konfirmasi-.-. Its okay tepatnya di tanggal 18
Juli 2019 tersebut aku dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar sarjana. Meskipun
perjuangan belum selesai, aku rasa cukup untuk kali ini. Barangkali kamu kecewa
membacanya setidaknya aku hanya ingin mengatakan pada kamu sebagai pembaca,
janganlah kecewa pada dirimu dan apa yang telah kamu upayakan. Kita tidak
pernah tahu rencana Tuhan bukan? Jangan pahami solusi kamu akan sama pada orang
lain, bisa jadi iya bisa jadi tidak, kamulah nahkoda dari hidupmu dan penulis scenario
nasibmu, maka lakukan seperti yang kamu rencanakan. Percayalah dulu orang
berpikir bahwa manusia tidak bisa terbang sampai akhirnya penemu pesawat
terbang mematahkan anggapan tersebut. You can do it, temukan solusi masalahmu
dengan berdamai pada dirimu dan berterimakasihlah pada kamu sendiri telah
berjuang sejauh ini. Good luck