Minggu, 25 Agustus 2019

Skripsi, perjuangan skripsi, cerita skripsi, lulus skripsi


Setiap Skripsi memiliki Drama



 Membuat rencana dalam hidup? Kamu pernah bukan, aku yakin kamu mungkin sempat merasakan  rencana tak berjalan dengan sesuai. Lalu apa tindakanmu? Berhenti sejenak kemudian mengikuti arus, memotong arus atau kekeh pada rencana? Entah kurasa itu pilihanmu, selamat kamu sudah melewatinya meskipun kamu sempat merasa bingung karenanya.

Aku menghela nafas kali ini, lagi dan lagi apa yang sudah diatur tidak berjalan dengan baik. Kamu tahu kenapa aku ucapkan selamat bagi kamu yang sudah bisa melewatinya? Bersyukurlah kamu punya kesempatan untuk menggunakan kemampuanmu dalam mengambil keputusan dengan cepat diluar berjalan dengan baik atau tidak, aku harap kita bisa sama sama belajar dari itu.
           Lagi dan lagi, pernahkah kamu merasa membenci dan menyalahkan hal yang membuatmu harus mengubah rencanmu? Sekali lagi aku menghela nafas mencoba menenangkan karena otak tetap perlu asupan oksigen untuk tetap berpikir dan sebisa mungkin dapat mengambil keputusan dengan bijak. Sering mendengar hidup adalah pilihan? Sadar atau tidak kemampuan kita diasah untuk mengambil keputusan setiap harinya dimulai ketika membuka mata kamu harus memutuskan untuk bangun lalu mandi atau melanjutkan mimpi dalam tidur memutuskan untuk makan pukul berapa pagi ini bahkan memutuskan akankah tetap  berusaha semaksimal mungkin meski kamu berulang kali dikecewakan atau berhenti untuk melangkah. Bersyukur kata orang semakin banyak kecewa akan membuat kita semakin kebal karena kemampuanmu untuk bertahan tentu sudah berulangkali di latih. Akan semakin terbiasa meskipun orang lain mengalami hal yang sama bisa jadi hatimu lebih tegar darinya atau instingmu dalam mencari pemecahan akan lebih cepat muncul sehingga solusi akan cepat ditentukan dan segeara diambil tindakan. Sekali lagi selamat kamu bisa maju satu tahap lagi.
           Pertanyaannya kini, bagaimana jika perasaan ingin menyerah muncul?  Menangis mungkin menjadi hal yang hal yang wajar, maka jika kamu tidak kecewa dan memikirkan hal yang harus kamu korbankan, itu baru namanya aneh. Bagaimana mengatasinya? Entah bagiku solusi untuk kita mungkin akan berbeda. Aku menulis ini bukan untuk menjadi motivator atau pemberi tips and trick bagaimana mengatasi hal itu. Bagiku ketika kamu memutuskan membaca tulisanku berarti kamu sedang mencoba masuk dan mengikuti cerita dari apa yang aku alami, hal tersebut mungkin akan membuatku merasa lebih tenang karena tidak sendiri. Ya,barangkali hal yang membuatmu merasa menyerah adalah karena merasa kita paling mengalami banyak masalah, mengukur keberhasilan kebahagiaan kita dari bagaimana cara orang lain tersenyum. Mungkin kita melupakan bila banyak orang yang senang menjadi bahagia untuk orang lain atau sekedar terlihat bahagia. Oke, untukmu sekarang normal jika muncul perasaan lelah, tak mengapa, asal tak pernah tumbuh niat kuat untuk menyerah, kamu masih berhasil sejauh ini.
Itulah yang aku rasakan kala itu, saat dimana aku merasakan rasa lelah yang begitu lelah, ingin menangis tapi rasanya airmata sudah kering, kadang aku berpikir mungkinkah aku tak punya perasaan atau produksi airma sedang terganggu, aku terluka kecewa tapi tak menangis. Luar biasa, rasanya lebih menyakitkan karena aku merasakan sesak di dada. Jika kamu merasakan hal yang sama, mungkin kamu perlu mengingat kata salah satu dosenku, justru luka yang benar benar melukai membuat yang terluka sampai tak bisa menangis lagi. Aku berupaya untuk mencari jalan.  Banyak hal yang aku lakukan untuk keluar dari keadaan tidak nyaman ini. Dampak yang aku rasakan begitu luar biasa. Perubahan-perubahan yang terjadi dimulai ketika emosiku begitu labil, dimana pada detik ini aku bahagia, detik berikutnya aku diam dan bersedih, iya mungkin itu penggambaran yang menurutku paling tepat mewakili keadaanku saat itu, Aku menghilang jauh dari teman-temanku bahkan mereka yang tadinya sangat dekat. Hari-hari kuhabiskan di kamar sekedar makan pun aku bahkan memilih menggunakan aplikasi online dalam memesan makanan padahal jarak dengan banyak penjual makanan begitu dekat, keluar gang saja sudah kutemukan banyak penjual belum lagi aku juga memiliki motor tentu itu sangat memudahkan namun, seperti itulah keadaanku bagiku bertemu dengan orang lain sangat aku hindari. Aku bisa berbaring seharian di kos tidak mandi tentu, sampai aku menahan untuk buang air kecil karena begitu rumitnya keadaanku. Aku tidak memahami sebenarnya apa yang terjadi padaku, satu satunya hal yang akan membuatku keluar dari kamar ialah ketika aku berpartisipasi pada sebuah kegiatan kerelawanan, hal tersebut membuatku sedikit lebih tenang. Keyakinanku mengarah pada hal yang aku alami ini bukanlah disebabkan oleh satu faktor. Begitu rumit, entahlah butuh waktu lebih dari satu bulan untukku memahami semua ini. Mungkin kamu berpikir aku tidak bertindak, kamu salah. Tahukah cara yang pernah aku coba?
Dimulai dengan melakukan pencarian terhadap beberapa artikel yang mungkin membantu, menonton video motivasi, berolahraga, menonton film, ya. Nyatanya semua itu hanya membuatku terhibur sejenak tapi tidak membuat keadaanku kembali normal. Aku juga sudah mencoba mengingat-ngingat bagaimana perjuangan orangtuaku, tapi entah hal yang biasanya sangat memberikan kontribusi untuk semangatku kali ini tetap tidak memberikan dampak signifikan. Mengingat apa yang sudah aku perjuangkan sejauh ini atau sekedar menenangkan hati dengan sebuah jurus. Aku punya jurus yang sengaja kugunakan saat  merasa begitu kecewa, ini aku kugunakan dari SMP . “Tidak apa apa mendapatkan SMA yang gak diinginkan, nanti dapat kampus yang di pengen” tidak terwujud, aku mencobanya lagi “Tidak apa apa mendapatkan Kampus yang gak dipengen, kamu nanti skripsinya lancar” kecewa lagi. Mungkin inilah hal yang membuatku berpikir bahwa cara ini tak lagi dapat aku gunakan karena ada faktor kecewa “karena harapan yang dulu” gagal justru penyemangatnya dengan membuat harapan yang seolah wajib terjadi” ini tuntutanku sendiri dengan selalu menenangkan hatiku melalui pengharapan yang akhirnya melukai semakin dalam, mungkin ini kurang berhasil bagiku barangkali berhasil dengan kamu. Tapi stop buat nyalahin diri kita sendiri,meski gak gampang berorientasi pada pencarian solusi lebih baik daripada berhenti pada kegagalan. Lalu bagaimanakah selanjutnya yang aku lakukan?
Aku mencoba mengenali apa hal yang sebenarnya menjadi akar masalahku dan apa yang paling aku butuhkan, karena pada dasarnya akulah yang paling tahu keadaanku. Akan percuma saat aku mengeluh, menangis, mencurahkan pada orang lain tanpa adanya kemauan dari diriku sendiri, namun, saat aku temukan akar dari keadaanku sekarang dari sekian banyak faktor yang jadi penyebab yang menurutku jika ini terjadi, aku yakin akan sangat mengubah keadaanku. Solusi itu sangat tak mungkin terwujud, memang hanya “permintaan maaf” sesimple itu, namun masalahnya permintaan maaf itu tak  mungkin aku dapatkan. Hal yang aku syukuri adalah ketika aku menemukan solusi itu akhirnya aku bisa menangis meskipun penyelesaian yang aku harapkan belum terwujud. Jika permintaan maaf tidak aku dapatkan, lalu apa yang harus menggantikan? Aku mendapatkan jawaban dari sebuah pertanyaan “kemana saja kamu” kata kata itu merupakan sebuah kepedulian yang aku terjemahkan menjadi permintaan maaf, dan dari kata sesimple itu aku bisa memulai semuanya lagi hingga akhirnya aku dapat menyelesaikan hambatan yang aku alami. Ya benar mungkin kata itu simple bagi orang lain, namun sangat mengubahku. Aku yang sudah takt ahu lagi harus melakukan apa, saat aku mencoba menghibur diriku dengan selalu menampilkan hal Bahagia, liburan justru hal itu menjadi boomerang yang mana aku yang sedang mencoba bangkit dijatuhkan dengan “liburan aja skripsi tuh kerjain”. Wow, itulah kata yang kadang kita pikir simple atau sekedar basa basi sangat berpengaruh pada psikologis seseorang.
Tahukah kamu tentang apakah yang aku ceritakan dari tadi? Skripsiku, kitab keempat yang seharusnya segera terbit namun terhambat diluar  batas jadwal yang aku rencanakan. Aku bahkan mengorbankan libur tahun baruku untuk mengerjakan semuanya. Aku begitu bersemangat sejak awal dengan sekian target yang harus aku capai, hambatan turun lapangan yang tertunda selama 3 bulan meski sudah mendapat acc, data mentahan uji yang hilang, kehilangan data laporan praktikum tiga padahal sudah harus segera mendaftar sidang sehingga mengerjakan ulang semua dalam waktu 3 hari, dan tekanan luar biasa dalam praktikum tiga yang sangat berdampak pada semangatku, belum drama lain yang kurasa tidak perlu aku sebutkan. Akhirnya aku mendapat acc untuk siding skripsi, aku sangat bersyukur kala itu, namun drama tersebut belum berakhir. Batas waktu pendaftaran terakhir untuk sidang semester delapan adalah minggu tersebut ketika aku mendapatkan acc. Aku harusnya bisa mendaftar untuk melaksanakan sidang, namun karena lain hal aku harus menunda sidangku dan kemungkinan harus mengontrak semester sembilan hanya untuk melaksanakan sidang. Kecewa? Tentu, aku sangat kecewa, bahkan aku yang tadinya sudah mulai semangat kembali rapuh. Aku menangis sejadi-jadinya, mungkin semester sembilan bukan hal yang masalah, tapi yang namanya hati sangat kecewa kembali mengingat “aku sudah mengorbankan liburku, aku sudah mengalami banyak hal buruk tapi kenapa drama ini muncul lagi disaat yang tidak tepat, pada puncak pendidikanku”, pertanggungjawaban ke orangtuaku, bagaimana aku harus mengatakan, aku akan sangat kesulitan mendapatkan tanda tangan dosen wali dengan kesibukannya nanti. Semester sembilan bukan hanya permasalahan membayar, mengontrak mata kuliah lagi, kesulitan mencari tanda tangan dosen wali. Lebih dari itu, akan banyak hal yang harus aku korbankan jika aku harus mengontrak lagi, ketenangan di hatiku juga terganggu, bagaimana aku harus membangun keyakinanku lagi? Ya disaat yang sama aku pergi Kepala prodi memintaku datang kembali keesokan harinya karena mungkin akan ada kesempatan sehingga aku bisa melaksanakan sidang minggu itu, namun karena itu sangat tidak mungkin aku memutuskan memilih mengabdi untuk menenagkan hati, mengikuti kegiatan relawan menjadi keputusanku, aku harap hal itu akan membuatku lebih tenang. Sedang waktu terus berjalan semester delapan telah ditutup.
Pengharapanku pada Allah tak berhenti sampai disitu, aku selalu berdoa jika memang aku harus melaksanakan sidang di semester sembilan aku berharap agar hatiku dikuatkan, keadaanku tetap baik dan tak lagi seperti kemarin. Selesai kegiatan aku pulang dan tertidur dalam harap, hingga tepatnya pada hari Senin pagi aku tiba-tiba terbangun, entah aku jarang bangun pada jam tersebut jika tidak ada kegiatan. Ketika membuka HP aku terkejut pada pengumuman bahwa akan ada sidang yang dibuka hanya dua hari. Ya Allah, disaat aku mencoba berpasrah, ALLAH menunjukkan kekuasaannNYA, aku masih memiliki kesempatan, segera aku bangun dan menyiapkan segala berkas yang diperlukan. Kecerobohanku, mungkin wajar namun sangat membuatku kalang kabut karena aku harus mengurus nilaiku bimbingan yang belum aku dapatkan dari dosenku karena sedang Dinas Luar, untunglah Kaprodi membantuku dan aku mengurus keperluan pembayaran (ini kesalahanku, karena aku takut akan sangat terluka lagi jika tetap ke kampus, maka minggu disaat aku tidak bisa sidang aku memilih tidak mengurus berkas-berkas dan malah pergi untuk kegiatan lain yang aku pikir untuk mengobati hatiku), tapi baiklah setidaknya aku bertanggungjawab pada pilihanku. Aku menyelesaikan banyak hal, namun aku belum sempat untuk mencetak skripsiku sejumlah empat jilid untuk keperluan sidang karena harus diserahkan saat mendaftar. Tentu aku tidak memiliki waktu untuk itu, untunglah ada saah satu temanku yang membantuku untuk mencetaknya dikosku sedang aku mengurus berkas-berkas, meski printerku sempat mengalami masalah ada temanku yang membantuku dengan meminjamkan print nya karena memang kurang lebih 1000 lembar yang harus aku print, belum dengan yang akan aku bawa. Alhamdulillah pada pukul 16.00 sore aku dapat menyelesaikan segala berkas pendaftaran  meskipun seharian tidak makan, padahal beberapa hari sebelumnya aku harus ke dokter malam malam mencari Rumah sakit atau klinik yang buka 24 jam karena memang maagku kambuh pada pukul 23.30       WIB hehe.
Setelah menyiapkan segala yang diperlukan akhirnya tiba tanggal 18 Juli 2019 aku harus menjalankan sidang. Drama belum berhenti sampai disitu, aku datang satu jam sebelum sidang dilaksanaan karena aku harus melaksanakan sidang pukul 13.00 WIB, aku baru bisa hadir setelah melaksanakan shalat dzuhur, tanpa memberitahukan pada teman-temanku, hanya sekitar 3-4 orang yang tahu bahwa aku sidang pada hari itu, namun diluar dugaan ada beberapa temanku yang juga hadir dan membantuku. Laptoku membutuhkan HDMI dan belum disediakan padahal aku sudah mengonfirmasi bahwa laptopku membutuhkan HDMI, apakah saya harus menyiapkan, mungkin ada missed disini yang mana ternyata aku harus menyiapkan sendiri meskipun petugas sudah menyatakan semua sudah disiapkan dan hanya tinggal menggunakan, kesalahanku juga karena aku tidak pernah datang pada sidang orang lain dan bertanya kepada yang sudah melaksanakan sidang. Saat meminjam ke pembelajaran, ruangan tutup karena jam istirahat, tentu sudah bisa dibayangkan bagaimana kondisiku saat itu. Temanku melihat sebuah etalase pada ruangan Kaprodi dan meminjamnya, untunglah diperbolehkan karena kami memohon. Drama baru datang lagi, notulenku belum hadir padahal dosen penguji, ketua sidang dan kedua pembimbingku sudah hadir. Aku hampir menangis bahkan sebelum sidang dimulai, ternyata notulenku akhirnya diganti karena lain hal tanpa konfirmasi-.-. Its okay tepatnya di tanggal 18 Juli 2019 tersebut aku dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar sarjana. Meskipun perjuangan belum selesai, aku rasa cukup untuk kali ini. Barangkali kamu kecewa membacanya setidaknya aku hanya ingin mengatakan pada kamu sebagai pembaca, janganlah kecewa pada dirimu dan apa yang telah kamu upayakan. Kita tidak pernah tahu rencana Tuhan bukan? Jangan pahami solusi kamu akan sama pada orang lain, bisa jadi iya bisa jadi tidak, kamulah nahkoda dari hidupmu dan penulis scenario nasibmu, maka lakukan seperti yang kamu rencanakan. Percayalah dulu orang berpikir bahwa manusia tidak bisa terbang sampai akhirnya penemu pesawat terbang mematahkan anggapan tersebut. You can do it, temukan solusi masalahmu dengan berdamai pada dirimu dan berterimakasihlah pada kamu sendiri telah berjuang sejauh ini. Good luck

Tidak ada komentar:

Posting Komentar